Seketika
kecelakaan terjadi, pikiran saya melayang entah kemana, blank, kemudian saya panik
bercampur sedih. Saya langsung terjaga melihat Pak Erly jatuh terkapar di jalan
raya ditemani motor yang rusak lumayan parah. Tepat di belakang, motor pak Ari,
rekan kami juga ternyata sempat menabrak peralon hingga pecah bagian ujungnya. Kemudian
banyak banyak orang-orang di sekitar jalan datang membantu menyelamatkan kami. Alhamdulillah
saya hanya merasakan njarem saja di bagian betis kaki kanan saja. Sedangkan pak
Erly mengalami lecet-lecet, memar dan njarem di beberapan bagian tubuhnya, Pak
Erly ditolong dibawa ke pinggir jalan raya juga motor Honda Supra 125 milik
saya yang rusak. Yang terpenting kami berdua terhindar dari maut. Jika saja
motor tidak di hindarkan ke kanan mungkin kami akan menabrak peralon dan saya
tidak tahu apa yang akan terjadi.
Dari kiri Pak Ahdi, Pak Ari, Pak Ulyadin, Pak Mus, dan Pak Erly |
Sekerumunan
orang masih berada di TKP, kecelakaan sempat membuat jalan sedikit macet. Mobil
pickup yang bermuatan peralon dipaksa menepi untuk dimintai tolong dan
pertanggungjawabannya. Sedangkan mobil avanza yang seharusnya juga pantas
bertanggung jawab melarikan diri langsung melesat. Sekarang hanya tinggalah
supir pickup sendiri. Pikiran saya masih shock, bingung dan sedih. “ Ya
Allah kenapa ini terjadi lagi pada saya, bagaimana orang tua saya kalau
mengetahui saya mengalami kecelakaan seperti ini, motor masih kredit baru angsuran
5 kali sudah rusak parah.”
Pak
ari dan Pak Erly(yang baru sadar) akhirnya berusaha untuk meminta pertanggung
jawaban sang sopir pickup. Nampaknya sopir pickup tadi merasa ketakutan. Secara
umur dia masih muda sekitar 18 tahunan. Dilihat dari expresi dan sikapnya dia
memiliki mental penakut dan bernyali kecil. Dia hanya pasrah dan tidak bisa
membela diri. Sebenarya saya kasihan sama dia. Dia di interogasi sama Pak Erly
dan Pak Ari. Mereka berdua minta ganti rugi untuk kerusakan motor kami. Kami meminta
sekitar satu juta rupiah untuk memperbaiki kerusakan motor, termasuk motor Pak
Ari yang juga sedikit rusak di totok lampu bagian depan. Namun si sopir bersi
keras tidak sanggup untuk membantu sejumlah uang tadi. Tidak ada penyelesaian
sampai menyita waktu yang lama sampai sore, tidak ada deal setelah proses tawar
menawar. Sopir merasa tidak sanggup jumlahnya besar baginya. Pak Erly akhirnya
menelpon Bapaknya dan tukang bengkel(Tatang namanya) di rumah dan temannya yang bernama Fathan seorang
Polisi. Namun tetap saja tidak menemui kesepakatan. Karena masing-masing
bersikeras dengan pendiriannya. Motor sempat dibawa ke Dealer Honda untuk
meminta tolong perkiraan biaya perbaikan motor. Menurut bengkel Honda di daerah
Pekalongan, perbaikan bisa mencapai 1,2 juta rupiah supaya motor kembali
normal. Saya hanya duduk termenung tidak bisa berbuat apa-apa. Pikiran saya
tidak tenang. Saya pasrahkan semuanya pada mereka.
Kalau
melihat kejadian kecelakaan menurut saya pribadi sebetulnya yang menyalahi
adalah motor kami karena memang motor kamilah yang menabrak mobil pickup. Memang
benar karena kata Polisi, temen Pak Erly, katanya jika kasus ini dibawa ke
kantor Polisi justru sebaliknya kami tidak dapat kompensasi. Kemudian secara
tertutup polisi tadi menyarankan Pak Erly untuk menerima ganti rugi semampu
sopir tadi. Sopir hanya bisa membantu 500 ribu rupiah itupun uangnya kurang dan
dia harus pergi ke ATM dulu. Titik penyelesaian akhirnya tercapai setelah
melewati proses yang berbelit-belit namun akhirnya selesai juga. Sang sopir
minta maaf dan akhirnya berpamitan kepada kami. Beberapa kali rekan guru yang sudah berada di Doro menghubungi kami. Kami menjelaskan kejadian yang menimpa kami pada mereka. Akhirnya kami tidak dapat melanjutkan perjalanan ke Doro Pekalongan. Kami pulang ke rumah dengan perasaan sedikit lega meskipun beban masih terasa berat pasca kecelakaan.Kami berempat singgah di rumah Pak Erly beberapa jam sebelum akhirnya pulang ke rumah masing-masing.
Bagian Pertama : Kecelakaan di Matangan Batang
Bagian Pertama : Kecelakaan di Matangan Batang
0 comments